Rabu, 09 Januari 2008

Tentang Ujian


Dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga Perguruan Tinggi nanti, kita tak akan pernah lepas dari ujian, seperti UH, UTS, UAS, bahkan UNAS. Tapi, apalah arti sebuah ujian, bila kita hanya diajarkan pada kecurangan-kecurangan.

Ujian identik dengan belajar semalaman dengan catatan, buku paket, kertas-kertas, rangkuman, dan fotokopian berserakan di kamar. Jika semalaman belum kelar dan udah ngantuk, esoknya bangun pagi-pagi buta untuk belajar lagi.

Pas ujian, jimat-jimat berterbangan. Kode sandi 10 jari harus digunakan. Hape-hape bergetar tanda pesan masuk. Ada yang isinya jawaban, ada juga yang isinya pertanyaan. “Sst…! hey, nomer 1 jawabanya apa?” Kalimat itu yang paling sering didengar. Pengawas hanya bisa tertawa, marah, menyindir, pura-pura tidak tahu, dan ada yang biasa-biasa aja. Tetapi ada pula yang malah mempersilahkan buat tanya-tanya. Dan yang pintar selalu dibuat sumber jawaban.

Jika waktu hampir habis dan lembar jawaban masih banyak yang kosong, ‘metode pengawuran’-lah cara paling efektif. Atau tengok kanan-kiri mencari jawaban. Tidak peduli jawaban itu benar atau salah. Atau ada juga yang pasrah dengan lembar jawaban yang banyak belum di jawab tadi.

Apabila para peserta ujian sudah keluar ruangan, ada yang seperti cacing kepanasan, ada yang tenang-tenang aja, ada juga yang tidak peduli dan pasrah dengan hasilnya.

Jika sudah benar-benar siap untuk ujian, dan bisa mengerjakan semua soal ujian dengan baik dan benar, pasti merasa tenang-tenang saja.

Tidak ada komentar: